Ir. Tri Rismaharini, M.T.
atau terkadang ditulis Tri Risma Harini (lahir di Kediri, Jawa Timur, 20 Oktober 1961; umur 51 tahun) adalah Wali Kota Surabaya yang menjabat sejak 28 September 2010. Ia adalah Wali Kota Surabaya wanita yang pertama dan alumnus Arsitektur ITS Ia menggantikan Bambang Dwi Hartono yang kemudian menjabat sebagai wakilnya hingga resmi mengundurkan diri pada 14 Juni 2013. Mereka diusung oleh partai PDI-P dan memenangi pilkada dengan jumlah suara 358.187 suara atau sebesar 38,53 persen. Pasangan ini dilantik pada tanggal 28 September 2010.
BIOGRAFI
Tri Rismaharini merupakan Wali Kota Surabaya wanita pertama yang menjabat untuk periode 2010-2015. Sebelum menjabat sebagai wali kota, ia menduduki posisi sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Di bawah kepemimpinannya sebagai Kepala DKP hingga wali kota saat ini, Surabaya menjadi kota yang bersih dan asri. Bahkan kota yang mendapat sebutan Kota Pahlawan ini berhasil meraih kembali Piala Adipura 2011 untuk kategori kota metropolitan setelah lima tahun berturut-turut tak lagi memperolehnya.
Wanita yang akrab disapa dengan nama Risma ini berada di bawah naungan Partai Demokrat Indonesia Raya (PDIP). Ia terkenal sebagai sosok wanita yang tegas dan tak kenal kompromi dalam menjalankan tugasnya. Bahkan karena sikapnya tersebut, sebagian pejabat di DPRD pernah berusaha untuk mendepak Risma dari jabatan Wali Kota Surabaya. Pada tanggal 31 Januari 2011, Ketua DPRD Surabaya Whisnu Wardhana menggunakan hak angketnya untuk menurunkan Risma dari posisinya sebagai wali kota. Ia beralasan bahwa Risma telah melanggar Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 16/2006 tentang prosedur penyusunan hukum daerah dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Ia dianggap melanggar karena ia tidak melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam membahas maupun menyusun Peraturan Wali Kota Surabaya (Perwali) Nomor 56 tahun 2010 yang mengatur tentang perhitungan nilai sewa reklame dan Perwali Nomor 57 tentang perhitungan nilai sewa reklame terbatas di kawasan khusus kota Surabaya yang menaikkan pajak reklame menjadi 25%. Enam dari dari tujuh fraksi politik yang ada di dewan, termasuk PDIP yang mengusungnya, mendukung keputusan ini. Hanya fraksi PKS yang menolak dengan alasan belum cukup bukti dan data. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menilai alasan pemakzulan Risma terlalu mengada-ada. Ia pun menegaskan bahwa Risma tetap menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Beredar kabar bahwa keputusan memberhentikan Risma dikarenakan banyaknya kalangan DPRD Kotamadya Surabaya yang tidak senang akan keputusan Risma menolak keras pembangunan tol tengah Kota Surabaya dan lebih memilih meneruskan proyek frontage road dan MERR-IIC (Middle East Ring Road) yang akan menghubungkan area industri Rungkut hingga ke Jembatan Suramadu via area timur Surabaya.
Wanita kelahiran 20 November 2011 ini menjadi salah satu nominasi wali kota terbaik di dunia, 2012 World Mayor Prize, yang digelar oleh The City Mayors Foundation. Ia terpilih karena segudang prestasi yang sudah ia torehkan selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Ia dinilai berhasil menata kota Surabaya menjadi kota yang bersih dan penuh taman. Salah satu buktinya adalah pemugaran Taman Bungkul di tengah kota. Dulunya, taman tersebut tidak layak disebut taman, namun kini Taman Bungkul menjadi taman terbesar dan terkenal di kota Surabaya. Selain itu, ia juga telah berperan besar dalam membangun pedestrian bagi pejalan kaki dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman. Di bawah kepemimpinannya pula, ia sukses mengantarkan Surabaya memperoleh penghargaan Adipura di tahun 2011. Risma menjadi kandidat wali kota terbaik dunia asal Indonesia bersama dua orang lainnya, yaitu Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dan Wali Kota Solo Joko Widodo.
PENDIDIKAN
SMP Negeri X Surabaya (1976)
SMU Negeri V Surabaya (1980)
S-1 Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) (1987)
S-2 Manajemen Pembangunan Kota Surabaya ITS (2002)
KARIR
Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko Surabaya (1997-2000)
Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Disbang (2001)
Kepala Cabang Dinas Pertamanan (2001)
Kepala Bagian Bina Bangunan (2002)
Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005)
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (2010)
Wali Kota Surabaya (2010-2015)
BERITA
Washington DC : Indonesia tak hanya punya Jokowi, tokoh lokal yang dianggap pantas memimpin negeri. Ada sejumlah pemimpin daerah yang cerdas dan tangkas, memberi solusi bagi permasalahan bangsa, meski tak jarang, jauh dari dari ingar-bingar sorotan media.
Nama Joko Widodo, Walikota Surakarta yang terpilih jadi Gubernur DKI Jakarta sudah kerap menghiasi media internasional. Kini giliran Walikota Surabaya,Tri Rismaharini, yang makin sering mendunia.
Baru-baru ini, namanya disebut dalam artikel berjudul "Surabaya's Mrs. Mayor: Indonesia's Best-Kept Secret" yang ditulis Stanley Weiss, mantan petinggi perusahaan tambang sekaligus pendiri Business Executives for National Security.
Seperti dimuat situs Huffington Post, 20 Agustus 2013, Stanley mengawali tulisannya dengan mengupas sejarah Surabaya sebagai kota kedua terbesar di Indonesia. Dari legenda pertempuran dahsyat Sura -- hiu putih raksasa dengan Baya -- sang buaya. Peran kota tersebut sebagai pelabuhan utama di Asia Tenggara di akhir tahun 1200-an, dan menjadi perebutan para penjajah, dari VOC, Belanda, Jepang, lalu Sekutu. Juga keberanian warganya yang membuat Surabaya punya dengan bangga sebagai "Kota Pahlawan".
"Hari ini Surabaya punya pahlawan baru dalam bentuk walikota, Tri Rismaharini. Dikenal dengan Ibu Risma, Walikota Surabaya tersebut adalah bagian dari generasi pemimpin baru, diberdayakan oleh desentralisasi kekuasaan di seluruh Indonesia, dan siap untuk merebut tampuk kepemimpinan nasional," tulis Stanley Weiss.
Stanley menambahkan, Bu Walikota kerap terlihat pada pukul 05.30 sedang memunguti sampah di sepanjang jalan. Sore hari, ia terlihat melempar bola ke anak-anak yang asyik bermain di taman dan mengingatkan mereka untuk rajin belajar. Sementara saat hari gelap, Risma sering patroli ke taman, memarahi anak di bawah umur karena keluyuran malam. Dan jika lalu lintas tersendat dan macet, perempuan berkerudung itu kerap keluar dari mobilnya untuk mengatur jalan.
Risma juga masih sempat menjadi tamu dalam sebuah acara radio, menjawab segala macam pertanyaan warga, dari penggusuran, saluran got yang tersumbat, bahkan terkadang, yang tak senonoh sekalipun.
Berlatar belakang arsitektur, Risma mulai terkenal pada 2005 saat menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Mengubah Surabaya, yang oleh seorang novelis Belanda disebut, "kota kotor penuh pretensi dan keserakahan" menjadi "Sparkling Surabaya" - -- Surabaya yang bersinar.
Dengan arahannya, tempat pelacuran diubah jadi taman kanak-kanak, SPBU tua jadi lokasi bermain. Slogan anti-buang sampah sembarangan memuat Surabaya menjadi pionir kota berwawasan lingkungan dan menginspirasi warganya. "Tahun lalu, Surabaya dinobatkan sebagai kota dengan partisipasi publik terbaik di Asia Pasifik."
Tak hanya taman, Risma juga punya program pendidikan dan kesehatan gratis bagi mereka yang tak berpunya, sembari memangkas inefisiensi dalam jajaran birokrasinya.
Putri pedagang kecil itu juga rajin belajar dari keberhasilan kota lain. Mengadopsi lampu jalan Kota Berlin, juga pendidikan yang lebih baik dari Seoul.
Salah satu tujuan utamanya adalah mengembangkan bukan hanya infrastruktur kota dan ekonomi, tetapi juga warganya, melalui program pendidikan dan peningkatan kesadaran - menghabiskan 35 persen anggaran Surabaya pada pendidikan, jauh lebih tinggi dari standar nasional.
Bukannya tanpa tantangan, Risma nyaris tersingkir dari jabatannya sebagai walikota gara-gara kebijakannya soal papan reklame. Ia dan keluarganya juga pernah menerima ancaman mati gara-gara mengimplementasikan sistem pelelangan online yang transparan, e-procurement, yang pertama di seluruh nusantara, saat menjadi KepalaBadan Perencanaan Kota Surabaya.
Namun Risma tetap kukuh. Saat memimpin Surabaya ia putar otak mengoptimalkan potensi kota. Salah satunya berusaha meningkatkan sektor pelabuhan dengan menggagas pembicaraan dengan pemerintah pusat, juga pejabat Belgia, yang terakhir untuk mendiskusikan kerja sama "sister city" antara Surabaya dan Antwerp -- salah satu lokasi pelabuhan terpenting Eropa.
"Ide-ide kreatifnya membuat pertumbuhan ekonomi Surabaya meningkat lebih dari 7,5 persen sejak memimpin pada 2010 silam. Ia pun diganjar penghargaan bergengsi, 2012 Women Leader Award dari Globe Asia."
Meski digadang-gadang jadi pemimpin nasional, Risma mengaku tidak berambisi politik. Sebab, menurutnya, menjadi walikota, gubernur, bahkan presiden adalah tanggung jawab yang luar biasa. Tak hanya soal memecahkan masalah, seperti banjir, "tapi bagaimana membantu orang berkembang dan menjadi sukses."
"Saat ia bicara, saya teringat pada logo Surabaya -- pertarungan hiu dan buaya. Sebagai walikota, Ibu Risma telah belajar untuk menjinakkan benturan kepentingan yang bersaing sengit. Apa lagi yang bisa dia lakukan untuk seluruh Indonesia?" tulis Stanley. (Ein/Yus)
Show Conversion Code Hide Conversion Code Show Emoticon Hide Emoticon