Beragam jenis program jahat kerap meneror para pengguna internet. Namun 6 virus berikut ini tergolong amat berbahaya karena bisa menguras isi rekening korbannya.
Virus 'pencuri uang' sejatinya sudah ditemukan beberapa tahun lalu, namun lambat laun program jahat ini semakin canggih hingga dikhawatirkan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Obat untuk menangkal beberapa virus itu memang sudah ditemukan. Tapi para penjahat cyber tidak kehilangan akal, mereka kerap memodifikasi dengan teknik terbaru agar bisa sukses melewati berbagai sistem proteksi.
Menurut JD Sherry, Global Director of Technology and Solutions Trend Micro, setidaknya ada 6 virus internet banking yang cukup berbahaya hingga saat ini, dan semuanya masih bisa menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Berikut adalah 6 virus 'pencuri uang' yang menurut Trend Micro patut diwaspadai karena sangat lihai.
1. Citadel
Pada zaman dulu Citadel digunakan sebagai pertahanan terakhir sebuah kerajaan. Makanya, biasanya bentuknya besar, kokoh, serta dilengkapi dengan berbagai sistem persenjataan.
Di masa modern ini nama Citadel justru dicatut para penjahat cyber untuk menamakan sebuah virus ganas. Virus yang dirancang khusus untuk menguras rekening korbannya.
Citadel merupakan virus yang dibuat dari source code Zeus, salah satu virus yang juga cukup canggih. Bedanya Citadel memang dibuat khusus untuk menyerang internet banking.
Virus Citadel mulai ditemukan pada Januari 2012 lalu, sejak itu program jahat ini terus dikembangkan hingga mencapai versi tercanggihnya di Oktober 2013. Hingga kini virus tersebut diduga masih beredar dengan bebas.
2. Tinba
Salah satu pengamat virus bernama Amit Klein menuliskan banyak cerita soal Tinba di blog pribadinya. Ini merupakan salah satu virus penyerang internet banking yang patut diwaspadai.
Tinba muncul dari komunitas peretas bawah tanah sekitar 9 bulan lalu. Program jahat ini memang dirancang untuk mencuri uang.
Awalnya metode yang digunakan Tinba masih tergolong biasa, bahkan bisa dikatakan sedikit jadul dibanding dengan virus sejenisnya. Tapi pada Januari 2013 ditemukan versi baru Tinba yang lebih canggih, bahkan bisa mengakali sitem otentifikasi dua arah dari bank.
"Saat korban mengakses halaman bank mereka, Tinba akan menampilkan halaman yang sangat mirip dengan bank tersebut," tulis Klein.
Namun saat mencoba login ke dalam halaman tersebut, pengguna justru ditampilkan halaman yang error. Di sinilah proses pencurian data dimulai.
3. Eurograbber
Sesuai dengan namanya. Virus ini memang dibuat untuk menguras uang para pengguna internet banking di Eropa, bahkan hingga akhir 2012 lalu sedikitnya ada 36 juta euro (sekitar Rp 455 miliar) yang berhasil ditilep virus tersebut.
Eurograbber kali pertama ditemukan oleh lembaga keamanan bernama Check Point Software Technologies, kemudian dibantu juga oleh lembaga lain dari Israel bernama Versafe. Mereka mengatakan bahwa program jahat ini memang dirancang untuk menyerang sektor perbankan.
Dalam operasinya virus itu tidak hanya menyerang melalui komputer, tapi juga menyusup ke dalam ponsel pintar para calon korbannya. Setelah berhasil masuk, ia akan mendownload beberapa komponen aplikasi untuk bisa beraksi.
Eurograbber pertama kali ditemukan di Italia, kemudian menyebar ke sejumlah wilayah Eropa seperti Jerman, Belanda dan Spanyol. Setidaknya ada ribuan korban dari 30 bank berbeda yang berhasil diinfeksi virus.
4. SpyEye
Analisis dan Guardian dan McAfee mengumumkan temuan virus baru bernama SpyEye. Konon program jahat ini dibuat oleh programmer yang mengerti betul soal sistem kerja internet banking.
Sama seperti Citadel, SpyEye dibuat berdasarkan source code dari Zeus. Hanya saja program ini menyerang target tertentu, misalnya transaksi perusahaan, atau pengguna yang punya tabungan sangat banyak.
SpyEye dikatakan hebat karena berhasil menghindari berbagai sistem proteksi. Bahkan virus ini dikatakan tergolong cerdik, hingga sulit mendeteksinya saat transaksi berlangsung.
"Mereka tahu bagaimana untuk membuat transaksi yang seolah-olah terjadi. Jelas sekali, orang-orang ini (pembuat-red) mengetahui lebih dari sekadar memahami internet banking," kata David Marcus, Director of Advanced Research and Threat Intelligence McAfee, seperti dikutip detikINET dari CRN.
5. Gozi-Prinimalka
Kalau Eurograbber menyerang sistem perbankan, maka Gozi-Prinimalka dibuat untuk menghajar sistem internet banking di Amerika Serikat.
Trend Micro berhasil menangkap dan menganalisa Gozi-Prinimalka, setelah dibedah ternyata program jahat ini punya beberapa keunikan dibanding aplikasi sejenisnya.
Untuk mencuri informasi dari korbannya, virus ini akan terlebih dahulu membuat backdoor menggunakan eklpoitasi Java Script. Ada dua backdoor yang akan dibuat, BKDR_URSNIF.B dan BKDR_URSNIF.DN keduanya sama-sama terkoneksi secara real time dengan sistem kendali virus tersebut.
Data yang dicuri virus ini pun tak hanya yang tersimpan di dalam hardisk, tapi juga memori sementara yang disimpan di dalam browser.
Di Amerika virus ini setidaknya sudah membuat resah 3 instansi perbankan, mereka adalah TDBank, Firstrade, Options Xpress. Ketiganya kemudian melakukan perbaikan sistem untuk menangkis serangan tersebut.
6. High Roller
Virus terakhir yang menyebarkan cukup banyak teror adalah High Roller. Konon ini adalah salah satu serangan terbesar di industri perbankan dunia.
Tidak seperti program jahat lainnya yang hanya menyerang secara sembunyi-sembunyi, High Roller bisa melancarkan serangan dengan membabi buta dari berbagai arah.
Virus ini semakin sulit dilacak karena tidak memiliki Comand Center dalam bentuk fisik. Pelaku cukup cerdas untuk membuat sistem kendali ini di 'awan', sehingga sulit dilacak.
Pada dasarnya High Roller dibuat dari gabungan virus Zeus dan SpyEye, kemudian di dalamnya juga ada beberapa teknik pencurian informasi konvensional yang biasa terjadi di dunia maya.
Teknologi canggih yang dimiliki High Roller membuatnya cukup sulit diberangus, bahkan hingga saat ini. Oleh sebab itu seluruh pihak perbankan disarankan untuk tetap waspada.
"Dengan menggunakan sistem cloud, High Roller memiliki teknik penyerangan yang baru. Mereka sulit dianalisa dan sulit untuk dideteksi keberadaannya," kata Chris Silveira, Manager of Fraud Intelligence dari Guardian Analytics.
Sumber Artikel
Sumber Artikel
Show Conversion Code Hide Conversion Code Show Emoticon Hide Emoticon